Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 02 November 2019

Home » » Cerita Dewasa Ngentot Memek Legit Dosen Cantik Dan Semok

Cerita Dewasa Ngentot Memek Legit Dosen Cantik Dan Semok

Cerita Dewasa Ngentot Memek Legit Dosen Cantik Dan Semok







Bu dosen itu masih muda, cantik dan pintar lagi, siapa pun pria yang nggak betah bin lengket bila berada dekat dengannya. Itulah gambaran singkat ibu dosen yang tidak jarang kali kuantar hilir mudik dari komplek ke kampusnya.

Diantara rombongan tukang ojek yang mangkal dikomplek perumahan ini, dan dibandingkan dengan tujuh orang pemuda dengan ketampanan disepanjang “jalan kenangan”, maka aku merasa paling beruntung karena bu dosen yang manis itu memilih menjadi klienku dibisnis tranportasi cepat, murah dan rapat ini.
Singkat kisah singkat cerita yang mengalir indah layaknya aliran sungai begawan solo, aku dan bu dosen kian hari kian akrab, kami yang tadinya terikat hubungan bisnis semata, akhirnya bermetamorfosis menjadi hubungan persahabatan yang rapat, semepet posisi duduk tukang ojek dengan yang diojekin.

Tiap hari aku dan bu dosen sering kali bersua, mengantarkannya berangkat dari komplek ke kampus yang merupakanrute utama kami. Akhirnya mulai berubah rute menjadi komplek – kampus – kantin – warung lesehan hingga cafe. Kalau dipikir-pikir sih memang tidak ada yang salah dalam hubungan ini, bu dosen masih single ting-ting dan diriku juga masih single tong-tong. Jadi sebetulnya lumayan klop juga sih seandainya hubungan ini mau manjat naik tangga ketingkat jemuran rumah.

Walaupun aku sadar bahwa jemuran dirumah bu dosen letaknya dilantai tiga, tentu saja ini membutuhkan perjuangan berat. Tidak saja sebatas dapat manjat namun juga dibutuhkan kesiapan mental untuk jatuh pontang-panting, grudak-gruduk bila salah-salah pijak bagian dindingnya.

Namun demikian, jujur sebagai lelaki dengan daya jelajah bebas parkir dan razia karena mentaati peraturan lalu lintas. Sesungguhnya diriku tidaklah gampang untuk tergoda apalagi jatuh cinta, secara diprofesiku ini kami harus profesional. Sebab bila tidak profesional bisa-bisa nenek yang masih gadis dan banci kaleng berwajah syahrini langganan lamaku dapat menjadi pencetus.

Oleh sebab itu walaupun telah demikian rapat dengan bu Dosen, aku tetap bersikap profesional dan menjaga jarak jangkauan clottt yang telah ditentukan oleh kode etik profesi ini.

Singkat kisah singkat cerita versi kedua, sudah tiga hari ini bu Dosen tak kulihat, tak kupandang dan tak kutemukan menyapaku dalam senyum, dalam kerling juga dalam kata, sehingga rasanya motor semata garongku menjadi dingin jok-nya karena tak dihangati oleh bokong bu Dosen yang seringkali menciptakan getarannya menjadi lembut karena tahu mahluk apa yang sedang dibawanya.

Dihari keempat akhirnya bu Dosen yang kunanti, hadir dengan senyum manis lengkap dengan lesung pipitnya yang segenit merpati. Ada yang beda dengan bu Dosen, hari ini dia mengenakan kaos oblong warna pinky dipadu dengan celana jeans press pant, dan yang buat mengherankan bu Dosen siang ini tak mengajakku untuk ke kampus tetapi langsung ke Kenthir cafe’ tempat kami biasa ngetem bila dia lagi pengen curhat atau sumpek bin galau. Nah, disinilah sebenarnya kisah sisi cermin retak ini dimulai.

“Her, kamu kangen nggak padaku?” ujar bu Dosen bertanya padaku sambil tersenyum manis.
“Uhuks…. apa bu….?” ujarku balik bertanya karena sedikit shock bin terkejut.
“Herry…. jawab saja yah, kamu kangen nggak padaku?” tanya bu Dosen kembali.
“Aaaapa…. bu dosen, hahahaha kangen walah ibu becanda nih” ujarku berusaha menjawab dengan tawa yang dipaksakan karena deg-deg ser dengan pertanyaan bu Dosen yang kurasakan seperti ngompol dicelana.
“Herry…. ih kamu, pertanyaannya khan jelas tuh, kamu kangen nggak padaku? Tinggal jawab iya atau tidak khan nggak susah dong jawabnya, coba deh kamu yang balik tanya padaku pertanyaan itu” ujar bu Dosen dengan santai dan datar dibarengin dengan senyumannya yang khas dan menggoda itu.
Dengan berat hati karena malu, akhirnya kuberanikan diri bertanya padanya dengan kalimat tanya yang sama “Ehm…bu Dosen, kangen nggak denganku?”.

“Iya dong, kangen pastinya” jawab bu Dosen dengan santainya.
“Walah…. bu… waduh saya jadimalu bu” ujarku plus kondisi atas bawah tersipu.
“Hehehehe jangan tersipu laksana tersebut dong Her, khan gampang tinggal jawab iya atau tidak, nggak susah khan?” ujar bu Dosen tetap santai.
“Tapi bu…. khan nggak semudah itu menjawabnya, tentu harus pakai mikir dong bu” jawabku.

“Herry… herry yang manis, nggak gitu kok… pokoknya kamu tinggal jawab iya atau tidak, lantas biarkan saya yang mengubah dengan kata beda dalam benakku, jadi jangan memaksa diri memberatkan persepsimu yah, nah sekarang saya tanya lagi, kamu cinta nggak padaku? jawab iya atau tidak yah” ujar bu Dosen kembali dengan suara merdunya yang lembut plus tatapan matanya yang menggoda. Cerita Dewasa.

Dadaku yang semenjak tadi sudah dag dig dug der kali ini malah klimaks banget mendengar pertanyaan bu Dosen yang demikian menantang bagian luar dan dalam diriku, tetapi entah mengapa tanpa sadar tanganku menggenggam tangan bu Dosen dan meremasnya pelan, sambil berkata “ehm… maaf bu Dosen, beri saya waktu untuk menjawabnya”.

“Hihihi, herry… herry meremasnya pelan-pelan ajah yah, itu tangan say bukan bukit jadi nggak elastis, lho masa kamu nggak bisa jawab iya atau tidak sih Her? Gini deh gampangnya sekarang kamu deh yang tanya padaku pertanyaan itu yah” ujar bu Dosen tetap dengan senyum dan tatapan­­nya yang menggoda malaikat sekaligus setan diotakku.

Seakan-akan tak percaya kupingku mendengar tantangan yang sama tersebut diulang kembali oleh bu Dosen, walaupun dengan wajah tersipu asap knalpot sekalipun maka kuberanikan diri menggarap apa yang dia minta yakni bertanya kepadanya “Ehm.. bu Dosen Cinta nggak sih padaku?”

“Iya, aku cinta padamu Her” jawab bu Dosen santai sembari menatap mataku dalam.

“Waduh!!!” ujarku terkejut otomatis tegang plus tampang berubah biru campur arang.

“hahahahah biasa aja kali Her, dirimu harus belajar bahwa tidak jarang kali kata Cinta bukan hanya sesempit hubungan antara kau dan aku, hubungan antara sepasang kekasih, tetapi jujur aku cinta padamu kok, sebagai saudara se-iman yang menyenangi saudaranya, nggak salah dan sederhana khan?” ujar bu Dosen masih tersenyum simpul dengan tatapan lucu menatapku.

“Hehehe, iya bu Dosen bener juga yah, ahay… jujur saya tadi sudah hampir berpikir mesum lho” ujarku menjawab sembari terkekeh berbau malu karena telah jauh mengkhayal.

“Lho… kok mesum sih Her?” ujar bu Dosen bertanya padaku.

“Iya bu… hehehe mesum-ku merupakan Mencintai Sesama Umat-Nya bu dosen” ujarku menjawab. Cerita Dewasa.

Hari ini dan disini, tidak jarang kali masih terngiang dalam hati “Ahhh… sungguh kau tak sedang menepuk angin bu Dosen” sebab sekarang kusadari bahwa cinta itu tak sering kali sepaket dengan nafsu, sembari belajar tidak mempedulikan seluruh mengalir apa adanya. Yang pasti aku cukup senang rasanya dapat bertemu tiap hari denganmu bu Dosen, sebab sekarang diriku telah naik level dari Ojek Pribadimu menjadi Supir Pribadi Suamimu.
Share this games :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar